Liburan semester telah usai, hari ini sudah mulai masuk kuliah dan bertemu dengan teman-teman. Hari ini kuliah pertama di semester enam dimulai dari jam 10, jadinya aku bisa berangkat kuliah dengan santai. Aku mulai melangkahkan kaki dikampus setelah turun dari angkot. Aku melewati turunan menuju jurusanku memandangi pohon sepanjang jalan, dedaunan pohon ini rasanya masih terlihat segar dengan warnanya yang hijau seperti es dawet, sayang sekali banyak pepohonan di luar sana habis terbakar, aku tidak bisa membayangkan bila mereka yang membakarnya bertemu dengan kerumunan pohon di dunia lain setelah kematian yang akan gantian membakar mereka.
Tiiiiiiiiiiiiiiiin!!!!
Suara klakson motor terdengar kuat disampingku membuat jantung hampir lepas dari diriku, aku berusaha mengatur nafas dan melihat ke arah samping yang ternyata Alsan dan Rico tersenyum lebar padaku tanpa merasa bersalah.
“Selamat pagi Al!!!”. Teriak Rico yang memeluk erat Alsan dari belakang dan bersandar dipunggungnya. Aku hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala, sedangkan Alsan hanya menatapku penuh misteri. Mereka langsung meninggalkanku dengan kalimat dari Rico, “Sampai jumpa di kelas Al”.
Aku melangkahkan kembali kakiku menuju kelas sembari tersenyum lebar melihat tingkah mereka berdua. Alsan mengendarai motor dengan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri sembari mengklakson orang-orang yang sedang berjalan, sedangkan Rico melambaikan tangan pada mereka.
“Al!!!!”. Teriak Angel dan Putri saat kami bertemu di parkiran jurusan.
Aku langsung berlari dan memeluk mereka. “Ah sumpah kangen!”.
Kami berjalan bersama menuju kelas. Angel terus bercerita seperti biasa tentang kampung halamannya, sedangkan Putri dan aku tetap menjadi pendengar setia.
“Kok kita gini-gini aja ya?”. Tanya Angel membuat kami terdiam sembari melihat mahasiswa lain yang satu angkatan dengan kami.
Bagaimana tidak? Ada banyak perubahan di semester baru ini. Kami masih pakai ransel, mereka sudah pake tas selempang. Kami masih pakai sepatu kets, mereka pakai flat shoes kecuali Putri.
“Oh my God!!!!”. Gumamku dan Putri. Saat Angel memberikan selembar kertas pada kami ditengah lamunan. Apalagi yang kami keluhkan kalau bukan jadwal semester enam padat dengan praktikum dan otomatis waktu bermain kami berkurang. Ya walaupun aku tak pernah main sebenarnya.
“Bakal jarang pulang kampung”. Keluh Putri.
“Dasar pulangan!!!”. Teriak Andi dari belakang kami dan Putri hanya melengkungkan setengah bibirnya.
Andi dan Genta kemudian berjalan menghampiri kami. “Mau kuliah atau pulangan?”. Ledek Genta.
Angel kemudian menajamkan matanya pada Genta dan seperti biasa Genta membalas, “Ya enggaklah canda”.
Aku hanya tersenyum sembari melihat Andi dan Genta kembali berjalan melewati kami.
“Semester ini banyak progja lagi”. Keluh Angel dengan menaikkan kepalanya diatas.
“Progja apa aja Ngel?”. Tanyaku memandang Angel.
“Banyak tampil nanti di kampus”.
“Semangat ya Ngel”. Ucapku memegang pundaknya.
Kami sampai dikelas dan seperti biasa duduk di nomor dua.
“Disaster is coming”. Gumam Angel.
Rico datang menghampiri kami.
“Woi kalian apa kabar?”.
“Baik banget, apalagi gak ketemu loe”. Jawab Angel cepat.
“Baiklah”.
“Dih tumben loe pasrah, pasti ada maunya kan?”. Tanya Angel.
Rico tersenyum kemudian duduk disamping Angel, “Gue mau minto tolong sama loe Ngel?”.
“Minta tolong apa?”.
“Jadi gini, sebentar lagi gue mau ngadain kuliah umum tentang pentingnya menjaga pohon, dan gue juga butuh MC yang pinter bahasa inggris, gue pingin loe jadi MC nya, gimana?”. Tanya Rico begitu serius.
“Ada apa nih? Serius banget?”. Tanya Alsan baru datang menghampiri kami.
“Gue juga udah minta tolong sama Alsan buat ngiringin nyanyi Lagu Indonesia Raya buat kuliah umum nanti”. Lanjut Rico kemudian menatap serius Angel.
“Oke gue bisa, tapi ada teks kan?”.
“Pasti itu, thanks ya Ngel”. Ucap Rico begitu senang sembari mengedipkan mata pada Angel.
“Menel sih!!!”.
Rico hanya tersenyum mendengar perkataan Angel kemudian dosen datang.
¤¤¤¤
Hari dimana pelaksanaan kuliah umum tentang Pentingnya Menjaga Pohon sudah tiba. Aku duduk di deretan nomor dua, tidak jauh dari tempat Angel berdiri sebagai MC. Hari ini hampir semua orang mengenakan batik terutama panitia. Angel terlihat cantik dengan polesan bedak tipis di wajahnya dengan rambul ikalnya yang terurai.
“Hai Al”. Sapa Putri saat duduk disampingku.
“Hai Put”.
“Angel cantik ya?”.
“Emang dasarnya cantik, gue sempet khawatir kalau dia pake make up”.
“Kenapa emang Put?”.
“Kalau dasarnya cantik dan pake make up biasanya jelek dan tambah dewasa”.
“Tapi dia pakenya tipis”.
“Iya tipis, itu aja didandanin sama mbak kosan”.
“Kita kan emang gak bisa make up”. Godaku dan kami tertawa.
Kami kembali fokus memperhatikan Angel, Alsan lewat di hadapan kami. Aku sangat terkejut, bukan karena dia terlihat tampan hari ini tapi karena dia mengenakan batik yang memiliki motif yang sama dengan baju batik yang aku pakai sekarang.
“Al, kok batik kalian sama?”. Tanya Putri memandangku dan aku terdiam sejenak.
“Namanya juga batik pasti akan ada yang sama”.
“Tapi enggak Al. Ini batik tulis tangan langsung, masak iya sama sih? Apalagi ini terkesan couple”.
“Terus aku harus gimana kalau sama?”.
“Apa kalian jodoh?”. Goda Putri.
Pertanyaan Putri cukup membuatku berhenti nafas sejenak dan aku kemudian tertawa, “Mungkin yaa..”. Jawabku meledek.
“Loe mah bercanda muluk”. Sahut Putri kesal dan kami kembali memerhatikan kedepan ketika ada komando dari panitia bahwa acara akan dimulai.
Angel membuka acara dengan baik ditemani oleh Kak Ridwan. Aku yakin dia sekarang sangat senang sekali karena bersama Kak Ridwan. Angel sudah mengagumi Kak Ridwan dari semester awal. Angel terlihat ceria dan sesekali menengok ke arahku dan Putri untuk senyum. Bahasa yang digunakan ada dua, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Penyambutan-penyambutan sudah dilakukan dari Dekan hingga Ketua Pelaksana lalu menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Alsan menggunakan piano dengan Rahma sebagai dirijen.
Kok risih ya liatnya..
“Harusnya kamu yang disana, kan udah seragam sama Alsan”. Goda Putri dan aku hanya memincingkan mataku.
Setelah acara pembukaan ditutup dengan do’a dan dibuka kembali dengan acara inti. Pengisi materinya adalah Ibu Dewi, dosen yang terkenal sangat peduli lingkungan dan paling marah melihat mahasiswa membuang sampah sembarangan. Ibu Dewi cukup unik dengan mahasiswa yang nilainya jelek, beliau sangat memaklumi tetapi tidak jika ketahuan merusak lingkungan, bakal dikasih wejangan dari Indonesia sampai Arab.
Sebenarnya gak gitu juga sih, HAHAHA
Kami pun bertepuk tangan dengan hebohnya saat Ibu Dewi naik ke podium.
“Assalamualaikum wr wb. Yang terhormat Bapak Dekan beserta jajarannya dan Panitia Acara yang sudah menyiapkan semuanya, serta mahasiswa dan mahasiswi yang sudah meluangkan waktunya hingga dapat berkumpul disini, semoga bukan hanya sekedar hadir tapi ilmunya nanti bisa bermanfaat seterusnya (aamiin). Pentingnya Menjaga Pohon itu sangat penting, bukan hanya sekedar kita orang pertanian, tapi sebagai seseorang yang hidup dan menghirup oksigen yang dihasilkan oleh pohon. Tahukah anda? (Ujar Ibu Dewi sembari sesekali menatap layar monitor menampilkan powerpoint yang sudah disiapkan).
Pohon menghasilkan 1,2 kg oksigen per hari, manusia membutuhkan 0,5 kg oksigen per hari. Satu pohon menunjang dua orang, menebang satu pohon berarti membunuh dua orang. Kata-kata ini juga sering digunakan sebagai plang jalan… (Bu Dewi memandangi wajah kami satu persatu)
….Saya sangat kagum kepada Ketua RT dirumah saya, dia mewajibkan untuk setiap rumah menanam bibit pohon minimal satu. Saat ada warga yang mengabaikan perintahnya, Ketua RT malah diam-diam menanam bibit pohon dirumah warga tersebut. Ini membuktikan kepedulian seorang pemimpin akan kesehatan warganya, bukan berarti kita seenaknya dan tidak menanam. Kita menanam pohon tidak butuh waktu yang lama dan terkadang kita manfaatkan air hujan sebagai penyiraman yang alami. Kalau tidak menanam sebaiknya menjaga, karena pohon juga makhluk hidup, dia bisa menangis jika ditebang dan tak mau tumbuh lagi. Ini akan mengakibatkan udara yang kita terima tidak sejuk dan banjir saat musim hujan. Di rumah saya ada lima pohon, sedangkan anggota keluarga dirumah hanya ada tiga, berarti saya sudah menyumbangkan sebagian oksigen untuk tetangga saya. Pahala yang akan didapatkan ada dua, pertama menjaga pohon dan yang kedua bersedekah terhadap orang lain…”.
Kami kembali bertepuk tangan setelah beliau selesai pidato dan mengucapkan salam. Kurang lebih begitu inti pidato Bu Dewi yang membuat kami sadar dan berdecak kagum.
Acara terakhir adalah penampilan UKM Seni yang masih dipimpin oleh Alsan. Alsan memegang gitar ukulele dan yang lainnya memegang alat musik gamelan. Alsan dan kawan-kawan membawakan lagu Indonesia Pusaka dan Ibu Pertiwi dengan vokalisnya Angel, punya dua pekerjaan Angel hari ini. Alunan musik yang mulai dimainkan membuat hatiku terbuka bahwa Indonesia ini luar biasa dengan kekayaan yang dimilikinya dengan tampilan video di layar monitor menunjukkan bagaimana ekosistem alam selama ini hidup. Andai setiap orang menyadari itu, maka Indonesia mungkin bisa menjadi negara hijau dan memiliki daya tarik sendiri untuk menjadi tempat berlabuh yang nyaman.
Bukankah kau juga menyukai ketika sebuah rumah dihiasi tanaman dibandingkan rumah mewah tapi panas? seperti rumahku yang sejuk:)
Setelah acara selesai dan peserta mulai pergi, Angel menghampiriku dan Putri di tempat duduk. “Gue seneng banget hari ini!!!”. Ujar Angel begitu senang sambil meremas kedua tanganku dan Putri.
“Aku juga seneng, kamu pasti gak bisa tidur malam ini?”. Ledekku.
“Gue juga gak mau cuci tangan habis salaman sama dia, tapi hari ini gue bagus kan?”.
Aku dan Putri langsung mengangkat kedua jempol kami dan Angel langsung memeluk kami.
Andi dan Genta mengampiri kami dengan membawa beberapa nasi kotak. “Udah woi tau yang lagi seneng”. Ledek Andi.
“Maksudnya?”. Tanya Angel melepaskan pelukan dan menengok ke arah Andi yang duduk disampingnya.
“Loe pikir kita gak tau, loe suka sama Kak Ridwan?”. Tanya balik Andi memincingkan matanya kepada Angel.
“Jadi loe sengaja?”.
“Bukan kita Ngel, tapi Rico”. Sahut Genta sembari membagikan nasi kotak kepada kami.
“Jadi Rico? Mana Rico?”. Angel kemudian melihat sekeliling dan matanya berhenti di salah satu sudut. Rico sedang bersama Delia, dan Alsan bersama Rahma.
“Udah ayok makan”. Ajak Putri.
“Ah gue masih kenyang”.
“Kenyang memandangiku ya Ngel?”. Goda Genta dan Angel hanya memincingkan matanya. Genta langsung berujar, “Ya enggaklah canda”.
“Gue kenyang memandangi Kak Ridwan, tapi gue harus punya tenaga biar Kak Ridwan semakin suka ngobrol sama gue yang selalu ceria”.
“Itu mah loe nya aja yang menel”. Sahut Alsan baru datang bersama Rico.
Angel mengabaikan Alsan dan berteriak kepada Rico. “Rico!!! Loe emang temen gue yang paling baik”.
“Bukan disaster is coming?”.
“Hari ini enggak”. Jawab Angel yang mempersilahkan Rico duduk disampingnya.
Kami duduk melingkar sekarang dalam formasi tidak melingkar juga.
“Karena loe udah nyenengin gue jadinya gue baik hari ini, thanks ya Co”.
“Siiip deh, gue juga makasih buat kalian semua”.
“Just so so”. Gumam Putri.
“Ndi, coba istri loe ini dilatih dulu”. Keluh Rico pada Andi.
“Yang penting dia bahagia. Lagipula dia juga gak ngapa-ngapain disini”.
Perkataan Andi membuat kami semua tertawa, jangankan Putri, aku saja tidak melakukan apa-apa.
Rico kemudian memandangiku, “Kayaknya Duo Al lagi pake batik couple”.
“Bukan kok!”. Jawabku cepat dan Alsan langsung memandangku.
“Selaw Al”. Sanggah Genta yang mengambil foto kami berdua.
“Genta!!!!”.
“Santai Al, cowok loe aja gak marah”. Ledek Rico.
“Maksudnya di toko kan banyak loh”.
“Tapi ini batik tulis Al?”. Tanya Angel.
“Udah yok lanjutin makannya”. Sanggah Alsan.
“Wooooo!!!!”. Sorak Rico, Andi, dan Genta.
“Just so so”. Gumam Putri dan Andi menggerakkan hidungnya menggunakan jempol ke arah Putri.
“Tuh kan Ndi, loe aja kesel”. Ujar Rico.
“Udah ah berisik, ayok makan”. Jawab Andi dan kami semua tertawa.
“Ngel belain gue”. Pinta Rico manja.
“Males”.
Rico hanya mengerucutkan bibir dan kami semua kembali tertawa. Indra datang menghampiri kami dan seperti biasanya membawa gorengan. Angel langsung mengambil gorengan Indra dari kotak dan melahapnya. Tangan Angel langsung penuh dengan minyak kemudian mengambil tisu dari tasnya. Sekitar tiga lembar tisu, ia gunakan untuk mengelap tangannya.
“Angel itu namanya pemborosan, tisu itu terbuat dari pohon, satu pohon yang berumur tujuh tahun bisa menghasilkan dua bungkus tisu atau 40 lembar. Itu kan sama saja dengan membabat pohon secara cepat, padahal satu pohon dapat memberikan oksigen untuk dua orang”. Ujarku pada Angel.
“Wah Al pintar sekali”. Ujar Rico tersenyum padaku.
“Kan habis ikut kuliah pentingnya menjaga pohon”. Jawabku tersenyum lebar.
“Wah seneng gini gue”. Sahut Rico dengan bangga.
“Terus gimana dong caranya? Kan yang praktis tisu?”. Tanya Angel.
“Jadi gini, kan tisu ini bentuknya lembaran, jadi kamu mengelapnya bisa dengan satu lembar tisu dibuka jangan langsung diremas. Kebiasaan orang itu mengambil tisu langsung menggumpalnya, padahal tisu yang digumpal itu tengahnya masih bersih masih bisa dipakai, seperti ini kan masih bersih tengahnya”. Ujarku menjelaskan pada Angel sembari membuka tisu gumpalan Angel tadi.
“Wah kalau setiap orang bisa menghemat tisu seperti ini pasti bumi ini terselamatkan”. Ujar Genta.
“Terima kasih Al buat ilmunya”. Ujar Andi dan aku hanya membalas senyum.
“Kalo gitu kenapa tidak pake sapu tangan saja?”. Celetuk Indra yang membuat kami akhirnya tertawa. Jaman sekarang memang bisa dihitung orang yang masih menggunakan sapu tangan, apalagi untuk dikalanganku pasti diledekin karena disangka terlalu mewah.
“Kok malah guyu looh”.
“Iya Indra makasih sarannya”. Ujar Putri dan mereka saling lempar senyum.
“Ehem”. Suara Andi memecahkan Putri dan Indra.
Indra kemudian pamit duluan karena harus berjaga di kantin.
“Gengs???”.
“Gengs????”. Ledek Angel pada Rico.
“HAHAHA eh gue daftar pemilihan gubernur, kalian dukung gue ya”.
“Hish gak mau”. Gumam Putri.
“Kenapa Put?”. Wajah Rico begitu serius.
“Traktiran dulu HAHAHA”.
Rico menghela nafas, “Makan muluk, yang penting doanya dulu”.
“Sukses Co”. Ujar Andi kemudian mereka saling tinju tangan.
“Loe pencintraan ya Co?”. Tanya Angel sembari menunjuk.
“Pencintraan apa?”.
“Buat kuliah umum”.
“Ya enggak Ngel, ini juga program semester buat ngisi kartu seminar untuk sidang. Temanya aja gue yang ngatur”.
“Loe yang ngatur, apa Al?”. Tanya Genta dan Rico hanya meringis sembari menyebut nama Alsan.
Alsan nampak tenang sembari makan. Kami kembali bercanda sembari makan.
Belajar bertanam sejak dini memang bagus, melatih diri untuk lebih mencintai lingkungan. Materi Ibu Dewi membuat pikiranku terbuka untuk lebih merawat tanaman seperti yang dilakukan oleh Nenek dan Pak Toto.
“Oh ya jangan lupa ulang tahun universitas kalian datang, terutama Al”. Ujar Rico memandangku.
“Tapi nenek nanti marah kan acaranya malem”.
“Gue yang ijin”. Sahut Alsan.
“Wooooo”. Sorak yang lain.
Entah kenapa kalau Alsan yang ijin, nenek percaya begitu saja. Ngomong-ngomong gimana ya cara minta foto aku tadi sama Alsan di Genta tadi? HAHAHA