Sekarang pukul tujuh malam, jam dinding terus berdetak seirama detak jantungku yang gundah. Aku sudah pulang sekolah sejak pukul lima sore tadi, aku sudah mandi namun belum makan sejak pagi. Aku memandangi jendela besar di ruang tamu berukuran 1mx2m, berharap orang tuaku cepat pulang dan menemaniku makan.
Umurku sekarang 16 tahun dan baru masuk SMA. Aku hanya anak tunggal dalam keluargaku, ayahku bekerja sebagai pegawai pemerintah dan ibuku bekerja sebagai pekerja luar negeri. Ayah biasanya baru pulang ketika malam hari, sedangkan ibuku baru pulang beberapa bulan sekali.
Gemaris bibirku melengkung keatas, tersenyum melihat ayah sudah pulang dengan motor pentaris dari kantor. Aku lihat ada nasi bungkus yang dikaitkan di stang kiri motornya, aku tahu pasti ayah paham bahwa anaknya belum makan. Aku pura-pura sedang menonton televisi agar tidak terlihat bahwa aku sedang menunggunya pulang.
“Assalamualaikum…”. Salam ayah setelah memakirkan motor di garasi.
”Walaikumsalam..”. Jawabku selalu acuh.
”Ini pecel lele..”. Ayah menyodorkan sebungkus pecel lele padaku yang langsung aku terima.
“Kok cuma satu? Ayah gak makan?”.
“Ayah sudah makan di kantor masih kenyang”.
Aku merasa ini tidak benar, aku melihat raut wajah ayah terlihat lelah daripada kenyang. Aku lalu mengambil piring dan memakan pecel lelenya, sedangkan ayah duduk di sofa sembari memainkan ponselnya.
Aku memandangi ayah yang sibuk melihat kotak masuk pesan satu persatu dan sesekali menertawakan pesan-pesan yang menawarkan jasa santet.
“Aku gak habis makannya”. Ucapku datar meletakkan setengah makananku di dalam tutup makanan di meja dapur lalu pergi masuk kamar. Aku merebahkan diri dan memainkan ponsel membuka aplikasi facebook. Aku suka sekali jika ada pemberitahuan meminta permintaan pertemanan atau ada yang mengomentari status atau foto yang aku unggah. Begini kegiatanku dimalam hari jika tidak ada PR, ya hanya sekedar bermain ponsel sampai tertidur.
30 menit kemudian aku keluar kamar karena ingin pergi ke kamar mandi, namun langkahku ingin pergi ke dapur dahulu mengambil minum. Aku membuka tutup makan dan melihat makananku sudah habis dimakan oleh ayah. Aku mengintip ayah masih sibuk menonton televisi menyaksikan acara kesukaannya yaitu musik dangdut.
Aku masuk kamar mandi dan tak lama keluar, ayah menatapku sembari bernyanyi, beliau mengayunkan tangannya, berdendang seolah memang hidupnya selalu bahagia, aku hanya terdiam menahan tawa lalu masuk kamar lagi.
“Bintang, awas di kamar ada hantu!”. Teriak ayah melihat aku yang suka di kamar terus.
“Aku lebih nakutin dari hantu”. Jawabku tenang.
Ayah terbahak mendengarnya lalu kembali bernyanyi.
Pertemuan yang ku impikan..
Kini jadi kenyataan..
Pertemuan yang ku dambakan..
Ternyata bukan khayalan..
Lirik lagu dangdut kesukaan ayah.